goresan hidup seorang biduan

Selasa, 27 September 2011

Tahap-tahap penyesatan setan

Syaithan adalah musuh sejati Bani Adam, maka hendaklah manusia berhati-hati serta waspada terhadap segala tipu daya yang mereka lancarkan untuk menyesatkan manusia. Di antara jurus dan tipu daya yang mereka lancarkan ialah melalui celah perbuatan dosa dan maksiat dengan berbagai tingkatannya.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah di dalam kitabnya Madaarijus Saalikin telah menjelaskan beberapa jurus dan tipu daya syaitan dalam menjerumuskan manusia. Berikut ini langkah-langkah syaitan dalam menyesatkan manusia:

Pertama: Kekufuran dan Kesyirikan

Yaitu ajakan syaitan kepada manusia agar kufur kepada Allah subhanahu wata’ala, keluar dari agama-Nya dan mengingkari sifat-sifat-Nya. Di antara bentuk kekufuran yang terkadang masih samar bagi kebanyakan manusia adalah ajakan berbuat kesyirikan.

Syirik merupakan ajakan dan tipu daya syaitan yang terbesar untuk menyesatkan manusia, karena syaitan menyadari dosa syirik tidak akan di ampuni oleh Allah subhanahu wata’ala.

Apabila syaitan itu menang dan mampu menggelincirkan manusia dalam langkah ini, maka permusuhan antara dia dengan manusia akan berkurang. Dia akan menjadikan bani Adam yang menyambut ajakan dan seruannya tersebut sebagai bala tentaranya (agen-agen syaitan), akan tetapi di hari Kiamat nanti syaitan akan berlepas diri dari tanggung jawabnya terhadap manusia.

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, syaitan berkata, “Sesung-guhnya Allah telah menjanjikan kepada-mu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tiada kekuasaan bagiku terhadapmu, melain-kan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu menjadikan aku sekutu (bagi Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya hamba-hamba yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (QS. Ibrahim: 22)

Akan tetapi, jika manusia selamat dan tidak tertipu dengan tipu dayanya ini karena mendapatkan ilmu dan hidayah dari Allah subhanahu wata’ala, maka syaitan akan berusaha menempuh langkah berikutnya:

Ke Dua: Berbuat Bid’ah

Apabila syetan gagal menyesatkan manusia dengan cara yang pertama, yakni kemusyrikan maka dia akan berusaha menyesatkan manusia dengan cara yang lain, yaitu melalui celah kebid'ahan. Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim mengetahui perbedaan antara sunnah dengan bid'ah. Bujukan dan ajakan syaitan dalam langkah yang ke dua ini, bisa dengan cara meyakini sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran yang dengan hal itu Allah subhanahu wata’ala telah mengutus para rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya, yaitu dengan cara membujuk manusia tersebut agar beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan cara-cara yang tidak diizinkan oleh-Nya.

Dalam hal ini Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Bid'ah lebih disenangi oleh Iblis daripada perbuatan maksiat, karena pelaku maksiat biasanya bertaubat, sedangkan pelaku bid'ah tidak bertaubat.”

Apabila manusia itu selamat dari bujukan dan tipu daya yang ke dua ini dan dia mampu melawannya dengan cahaya Sunnah, berpegang teguh dengannya, mengikuti dan berjalan di atas manhaj salaf yaitu generasi terbaik dari ummat ini dari kalangan para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka syaitan akan menempuh langkah yang ke tiga.

Ke Tiga: Dosa Besar

Apabila syaitan merasa gagal menjerumuskan manusia lewat jalan kebid'ahan dalam agama, maka dia akan menempuh cara yang lain yaitu mengajak manusia untuk berbuat dosa besar. Syaitan sangat bernafsu untuk menjatuhkan seorang insan ke dalam dosa besar. Jika dia seorang alim yang menjadi panutan ummat, maka nantinya dosa yang dia perbuat tersebar di kalangan ummat, sehingga ummat akan lari dan tidak lagi mau mengambil ilmu darinya. (Tafsir Qayyim hal. 613)

Sahabat yang mulia Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, berkata, “Dosa besar adalah setiap dosa yang Allah tutup akhirnya dengan ancaman neraka, murka, laknat dan adzab-Nya.” (Tafsir Ath-Thabari 5/41).

Maka sudah semestinya setiap muslim untuk menjauhi dosa-dosa besar, agar selamat dari laknat Allah dan ancaman adzab-Nya. Perhatikanlah firman Allah subhanahu wata’ala berikut ini, artinya,
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang untuk mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia(surga).” (QS. An-Nisa`: 31)


Imam Adz-Dzahabi rahimahullah menuturkan, “Berdasarkan nash ini, Allah menjamin akan memberikan jaminan bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar untuk memasukkannya ke dalam surga.” (Al-Kabaair tahqiq Sayyid Ibrahim, hal 13)

Orang mukmin yang melakukan dosa besar adalah orang mukmin yang keimanannya sedang menurun. Apabila dia meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat dari dosanya, maka perkaranya dikembalikan kepada Allah subhanahu wata’ala. Jika Allah berkehendak mengadzabnya, maka Dia akan mengadzabnya sesuai dengan dosa yang dia perbuat, kemudian dimasukkan ke dalam surga. Jika Allah subhanahu wata’ala berkehendak mengampuni, maka Dia akan mengampuni dan tidak menyiksanya.

Inilah langkah ke tiga yang ditempuh oleh syaitan, apabila dengan cara ini dia tidak mampu menjerumuskan manusia, maka syaitan itu akan mengambil langkah yang ke empat, yaitu melakukan dosa-dosa kecil.

Ke Empat: Dosa Kecil

Apabila syaitan telah putus asa untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar, maka dia akan membujuknya untuk melakukan dosa-dosa kecil yang apabila terkumpul pada diri manusia, maka dapat membinasa-kannya. (Tafsir Qayyim hal. 613)

Banyak sekali hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang memberikan peringatan akan bahaya dosa-dosa kecil. Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepadaku,
“Wahai 'Aisyah, waspadalah dari meremehkan amalan-amalan, karena ssungguhnya amalan itu akan dituntut pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak.” (HR. Abu Dawud, Darimi, Ibnu Hibban, Ahmad dan dishahihkan oleh Syekh Al-Albani)

Imam Ibnu Baththal rahimahullah berkata, “Dosa-dosa kecil apabila banyak dan dilakukan terus menerus bisa menjadi besar.” (Fathul Bari 11/337)

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Setan akan senantiasa membujuk manusia untuk melakukan dosa kecil hingga dia menganggap enteng dosa tersebut, maka orang berbuat dosa besar dengan rasa takut masih lebih baik ketimbang orang yang meremehkan dosa walaupun kecil.” (Tafsir Qayyim hal. 613).

Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seorang mukmin hendaklah menyikapi dosanya bagaikan orang yang sedang duduk di bawah gunung besar yang nyaris menimpanya, sedangkan orang yang fajir melihat dosanya bagaikan lalat yang hinggap di hidungnya sekali kibas ia akan terbang.” (riwayat al-Bukhari)

Bilal Bin Sa'id rahimahullah berkata, “Janganlah engkau melihat kecilnya dosa, tapi perhatikanlah kepada siapa engkau berbuat maksiat.” (At-Tahzir Minal Muharramat) (Isnen Azhar, Lc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar